Latest Post

peluang usaha

Selasa, Agustus 14, 2012

Aku Lahir dalam Gerakan

|0 komentar
Mario Teguh
"Aku dilahirkan untuk bergerak dalam gerakan dan maju, maka aku rela jatuh dan pecah dalam gerakan daripada aku busuk dalam kebekuan"
Mario Teguh 'Augst 2012

Kata-kata mutiara dari Mario Teguh, sang motivator ulung tersebut sangat bermakna bagi kita dalam meniti setiap jengkal kehidupan kita, usaha-usaha kita yang terkadang anggap sepele justru memberi arti yang luar biasa dalam penantian kesuksesan kita.

ya, itulah mengapa kita harus selalu berusaha dan berusaha. kegagalan adalah hal yang wajar dalam bingkai kesuksesan, tanpa itu kita tidak akan menikmati manisnya sukses.

Selasa, Juli 10, 2012

Merengkuh Eksotisme Pesona “Tempur”

|0 komentar
Amazing, itulah bahasa yang tepat saat kita menikmati indahnya pesona desa yang jauh dari akses jalan raya, terpencil tetapi sangat kaya dan ramah akan keindahan alamnya. Jalannya yang berliku, naik turun, kiranya memang harus diperlukan jeritan batin histeris dengan helaan nafas dalam-dalam karena sisi jalan adalah tebing dan sisi yang lainnya adalah jurang yang terjal. Mobil roda empat harus berhati-hati saat melewati jalan kecil ini, kalau tidak mau tergelincir ke dasar jurang. Namun hal itu tidak menyurutkan niat dan tekad kami untuk menikmati indahnya panorama yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain.

“Tempur”, yah itulah nama desa yang masuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Keling tersebut. Suatu nama yang unik, cocok dengan wilayah geagrafisnya, terletak diantara celah bukit yang tinggi menjulang. Sebelah baratnya adalah Kecamatan Pakis Aji dan sebelah utaranya adalah Kecamatan Keling, yang keduanya berada di wilayah kabupaten Jepara. Sebelah timurnya adalah Kabupaten Pati, dan sebelah selatannya adalah Kabupaten Kudus. Secara infrastruktur memang sebagian besar masih tradisional, seperti pedesaan pada umumnya. Tetapi akses keluar masuk masih perlu perhatian dari pemerintah Kabupaten Jepara.

 “Tempur” merupakan desa yang sangat menyenangkan, enak dipandang mata, sejuk dan dapat menetralisir pikiran yang sedang keruh, serta dapat memberikan sensasi dan relaksasi bagi yang menikmatinya. Sangat cocok jika dalam rencana petinggi desa, “Tempur” dijadikan sebagai desa wisata, karena memang keindahan panorama alamnya yang masih perawan belum tersentuh tangan-tangan kotor para proyektor. “Tempur” juga sangat cocok dijadikan tempat penelitian dan pengembangan berbagai tanaman, karena kesuburan tanahnya belum tercemar limbah-limbah kimia, karena memang belum ada pabrik yang dibangun disana.

“Desa yang dihuni sekitar 3928 penduduk ini terdiri dari 25 rukun tetangga (RT) yang mayoritas penghasilannya adalah bercocok tanam, seperti menanam jagung, padi, kopi dan lain-lain. Suatu prestasi yang membanggakan bagi Jepara, produsen kopi terbanyak dengan mutu terbaik adalah Tempur”, tutur Suyoto, petinggi Desa Tempur.

“Ada juga wisata yang tidak kalah menarik, yakni Candi Angin yang letaknya di puncak Gunung Saptorenggo, Punden di puncak Gunung Duplak, Air Terjun dan sebagainya”. Imbuhnya.

Akses jalan maupun komunikasi Desa Tempur dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Secara kronologi, pada tahun 2006 Desa Tempur dilanda banjir bandang yang meluluh-lantakkan seluruh bangunan. Saluran listrik putus, sulitnya air bersih, bahan makanan dan sumbangan dari pemerintah juga terkendala akses jalan. Beranjak ke tahun 2007, perbaikan dan pembangunan diberbagai sektor semakin dikembangkan sampai sekarang.

Sebelum terjadi banjir bandang, tepatnya tahun 2004 belum ada saluran listrik. Masyarakat setempat menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), ada yang menggunakan kincir angin dan diesel. Baru beberapa tahun belakangan ini, pemerintah mulai sadar akan potensi yang dimiliki Desa Tempur. Dimulai dengan pengembangan sector ekonomi, sesuai dengan potensi sumber daya alamnya.

Berbagai dinas seperti kehutanan dan pariwisata juga berbondong memperhatikan potensi alam Desa Tempur yang tidak dimiliki desa lain, dengan harapan desa inilah yang nanti akan dijadikan desa wisata, tempatnya memanjakan panca indera bagi wisatawan domestik maupun asing. Harapan penduduk Desa Tempur, baik pemerintah, masyarakat setempat maupun pengunjung bersama-sama menjaga kelestarian agar tetap terjaga dan asri.[]
MAYALATUL LATHIFAH adalah Sekretaris Redaksi LPM Bursa Periode 2011-2012
Mahasiswa Fakultas Syari’ah Semester V

Kaca Jendela yang Kotor

|0 komentar
If the doors of perception were cleansed, everything would appear as it is – infinite. – Jika pintu persepsi dibersihkan, segala hal akan nampak sebagaimana adanya – sangat luar biasa.” William Blake.
Sebelum memulai membahas artikel ini saya akan menceritakan sebuah peristiwa yang dialami sepasang suami istri. Pasangan tersebut baru pindah ke sebuah kontrakan baru di kampung padat penduduk. Setiap pagi di depan rumah mereka banyak orang sibuk mencuci dan menjemur pakaian.

Pada hari I, sang istri berkomentar, “Aneh ya, kenapa orang-orang kalau mencuci pakaian sama sekali tidak bersih. Kotorannya masih tebal begitu.”

Seminggu berlalu, dan sang istri selalu berkomentar bahwa cucian warga yang dijemur di depan kontrakan mereka itu masih sangat kotor. Selama seminggu sang suami hanya diam saja mendengar komentar-komentar istrinya. Lalu pada hari ke-8, si istri memberikan komentar lagi seperti biasa.

“Nah, itu baru bersih. Pak, lihat cucian mereka sekarang menjadi bersih sekali. Tapi kenapa kemarin-kemarin cucian mereka begitu kotor ya?” gumam si istri.

“Tadi pagi saya bangun pagi-pagi sekali. Saya bersihkan semua kaca jendela rumah kita sampai betul-betul bersih,” jawab suaminya seraya pergi meninggalkan si istri yang masih terperangah.

Kehidupan ini berkaitan erat dengan persepsi, yaitu cara pandang berdasarkan pola pikir dan perilaku individu masing-masing. Setiap orang dapat mendeskripsikan situasi atau kejadian secara berbeda berdasarkan penglihatan mereka. Persepsi itu akan mempengaruhi pola pikir serta tindakan kita selanjutnya.

Realitas kehidupan ini terbentuk oleh persepsi kita atau cara pandang kita terhadap segala sesuatu. Apa yang Anda yakini, itulah yang Anda terima. Tetapi seandainya kita mampu mengubahnya (persepsi) menjadi positif, maka segala sesuatu dalam kehidupan ini akan nampak lebih menyenangkan.

Dr. Wayne Dyer mengatakan, “When you change the way you look at things, the things you look at change. – Ketika Anda mengubah cara pandang terhadap sesuatu, maka apa yang Anda lihat akan berubah.” Inilah beberapa hal pokok untuk menghancurkan persepsi negatif dan menciptakan kehidupan yang seharusnya Anda nikmati.

Pertama adalah selalu berusaha membiasakan diri fokus pada nilai-nilai positif, maka persepsi kita menjadi lebih positif. Contoh ketika kita fokus pada kekurangan seseorang, maka kita akan terus mencari kekurangannya. Tetapi jika kita fokus pada kebaikan seseorang, maka kita akan terus berusaha mencari kebaikan di dalam dirinya dan semakin tertarik pada orang tersebut, bahkan terinspirasi olehnya.

Mungkin sama seperti awal orang sedang dalam masa pacaran, pasti masing-masing memandang pasangan serasa tak memiliki kekurangan karena yang terlihat kelebihannya saja. Hari-hari senantiasa romantis, sebab dalam hubungan itu masing-masing hanya fokus pada sifat-sifat yang positif dan menarik. Semakin ia fokus pada kualitas positif, maka ia pun melihat pasangan semakin menakjubkan sehingga makin jatuh cinta. Begitupun sebaliknya.

Cara lain untuk menjaga persepsi Anda tetap positif adalah dengan selalu berpikir dan bersikap optimis. Saya sangat sependapat dengan Henry Ford yang pernah mengatakan, “If you think you can or if you think you can’t either way you’re always right. – Jika Anda berpikir Anda bisa atau jika Anda berpikir tidak bisa, itu pasti terjadi.” Berpikir dan bersikap optimis tentu membantu persepsi Anda lebih jernih, sehingga nampak jelas peluang-peluang baru yang dapat menolong situasi Anda atau memandu Anda menuju sukses dan kebahagiaan.

Berpikir terbuka dan bersedia belajar tentang banyak hal merupakan salah satu upaya untuk menjernihkan persepsi. Kehidupan ini sangat lengkap artinya terdiri dari beragam situasi, sebab, macam, dan lain sebagainya. Tidak mungkin seseorang menguasai semua ilmu atau menyelami pikiran banyak orang di dunia. Jadi sebaiknya jangan terburu-buru menciptakan kesimpulan, melainkan mencari pelajaran positif yang dapat dipetik sebagai bekal untuk berpikir dan bertindak lebih bijaksana.

Contoh akhir-akhir ini media cetak maupun elektronik di tanah air bahkan luar negri sedang dihebohkan video asusila artis papan atas. Jika benar mereka melakukan tindak asusila itu, bukan berarti semua perilaku mereka negatif. Alangkah bijaksana jika kita menjadikan hal itu sebagai pembelajaran untuk tidak mencoba melanggar norma susila, agama maupun hukum, apapun profesi yang kita jalani, karena dampak buruknya sangat luar biasa tak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga keluarga dan masyarakat.

Jika saya perhatikan, orang-orang yang hidupnya cukup sukses di dunia ini senantiasa menjaga persepsi mereka tetap positif. Sehingga sikap dan tindakan mereka juga positif, contohnya tekun berusaha, rendah hati, disiplin, cermat atau berhati-hati dalam segala hal dan lain sebagainya. Disamping itu, mereka mampu melakukan tanggung jawab dengan baik dan menghasilkan karya luar biasa.

Persepsi seumpama ‘kaca jendela’ untuk melihat segala sesuatu nampak baik atau buruk. Ketika Anda mampu menjadikan persepsi selalu positif, maka Anda juga mempunyai kekuatan untuk melihat segala hal dengan lebih jernih, penuh optimisme, semangat, kasih sayang dan cinta, dan lain sebagainya, sehingga membantu Anda selalu bersikap positif dan tidak menyerah pada keadaan sesulit apapun untuk meraih sukses dan kebahagiaan. Oleh sebab itu, jika Anda ingin mencapai hasil akhir yang menyenangkan, maka jangan pernah membiarkan ‘kaca jendela’ Anda kotor.

*Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku bestseller.Kunjungi websitenya di: www.andrewho-uol.com
Sumber: http://gozalionline.blogspot.com/

Enjoy the Moments

|0 komentar
Life is not a matter of milestones, but a matter of moments” – Anonim
Seorang ayah memenuhi janjinya untuk mengajak anaknya pergi memancing. Dengan bersusah hati diantara schedulenya yang padat, si ayah berusaha mengambil cuti. Dan akhirnya, berangkatlah ia dengan anaknya, untuk pergi memancing. Seharian mereka memancing, tetapi tidak mendapatkan seekor ikanpun. Dengan marah-marah, akhirnya sampai sore, mereka pun pulang. Puluhan tahun berlalu, ternyata pengalaman ini dicatat oleh mereka masing-masing dalam diary harian mereka. Ketika dibaca ulang, diary si ayah bunyinya begini, "Kurang ajar. Hari yang sial! Saya sudah cuti seharian untuk memancing, ternyata tidak mendapatkan seekorpun. Sebel banget!" Sementara itu, diary anaknya pun dibuka, ternyata kalimatnya, "Terima kasih Tuhan. Hari yang luar biasa. Saya pergi memancing bersama ayah. Meskipun tidak mendapatkan seekor ikanpun, tetapi saya punya kesempatan ngobrol-ngobrol banyak dengan ayah. Sangat menyenangkan!"

Pembaca, betapa berbedanya sudut pandang si ayah dengan si anaknya. Bagi si ayah, yang terpenting adalah mendapatkan ikan-ikan, sementara bagi si anak, justru pengalaman memancing bersama itulah yang menyenangkan. Itulah orang-orang yang seringkali saya bicarakan di dalam seminar dan training saya, satunya lebih menghargai 'milestones' sementara lainnya, lebih menghargai 'moments'.

Kejadian ini sebenarnya mengingatkan saya dengan pengalaman bertemu dengan seorang General Manager sebuah perusahaan ritel, dimana ia sangat sukses dan berhasil tetapi dalam konselingnya dengan saya, mukanya tampak letih. Singkatnya, ia mengatakan, "Aku capek, sangat keletihan. Hidupku rasanya bergerak dari satu target ke target lainnya". Tidaklah mengherankan bagi saya kalau si GM ini keletihan hidupnya. Yang muncul adalah perasaan kasihan saya karena hidupnya hanyalah kumpulan dari gol satu ke gol lainnya. Bahkan, dengan keluarganya pun ia hampir tidak mempunyai waktu. Bahkan, untuk jalan-jalan dengan keluarganya saja, ia harus menjadwalkan, seakan-akan menset target apa yang harus dicapai dalam piknik keluarganya, dll. Sungguh meletihkan sekali melihat hidupnya!


Pelari Marathon atau Pendaki Gunung?

Metafora ini saya gunakan hanya untuk menggambarkan dua jenis orang di dalam menikmati hidupnya. Yang pertama, saya umpamakan seperti seorang pelari marathon. Saya ingat, saya pernah mengikuti beberapa kali lomba marathon, dan itu sangat menyenangkan. Masalahnya, saat mengikuti merathon, saya berlari dengan serius. Terfokus pada satu titik ke titik yang lain, hingga selesai . Bahkan, penonton yang di tepi jalanpun saya cuekin. Saya hanya terfokus untuk berlari dan akhirnya bisa sampai ke garis finish (ngomong-ngomong, ini mungkin tidak mewakili semua pelari marathon karena toh ada rekan saya yang bisa sangat menikmatinya). Singkat cerita, inilah tipe yang saya anggap mewakili orang yang hidupnya hanya dari satu 'milestones' (tahapan) ke 'milestone' yang lainnya.

Bandingkanlah gaya pelari marathon ini dengan gaya seorang pendaki gunung. Saya ingat, saya pun pernah punya berkesempatan mendaki gunung. Sungguh pengalaman yang agak berbeda dengan pengalaman jadi pelari marathon. Dalam mendaki gunung, kami memang punya tujuan yang harus dicapai, yakni puncaknya. Tetapi, sepanjang perjalanan, kami bisa bernyanyi-nyanyi, saling bercerita bahkan sesekali berhenti sejenak jika ada sesuatu yang menarik untuk dinikmati. Sungguh menyenangkan berkesempatan menikmati satu demi satu tempat yang kami lalui. Dan inilah metafora yang saya anggap mewakili orang yang hidupnya bisa bergerak dari 'moment' ke 'moment'.

Nah, dengan kedua metafora tersebut, saya ingin mengajak Anda untuk merefleksikan bagaimanakah kecenderungan sikap Anda dalam menghadapi hidup ini, dalam menyikapi pekerjaan Anda, dalam menyikapi proses perkembangan anak Anda? Terlalu banyak karyawan, pimpinan maupun orang tua yang menyikapi pekerjaan dan keluarganya seperti 'milestones'. Memang sih, pada akhirnya banyak yang bisa mereka raih, tetapi sekaligus, mereka juga banyak kehilangan sisi menyenangkan (fun) dalam hidup ini. Bayangkanlah seorang manager yang stres dan mulai kebosanan karena hidupnya hanya dari satu KPI (Key Performance Indicator) ke KPI lain, satu scorecard ke scorecard yang lain. Ataupun, bayangkan seorang tua yang melihat anaknya seperti sesuatu target yang bergerak. Akan sangat meletihkan.

Sebaliknya, bagi saya, kita bisa tetap sambil menikmati 'moment' sambil berusaha menggerakkan diri kita mencapai yang lebih baik. Kita bisa mencapai 'gunung impian' kita tanpa kehilangan kesempatan untuk berhenti, menikmati indahnya pemandangan dan bercanda ria. Jadi, mulai sekarang perlakukan hidup kita sebagai 'moment' bukan sebagai 'milestone' sehingga pada akhir ajal menjelang kita, akan ada banyak hal moment indah yang bisa dikenang! Salam Antusias selalu!

Best regards,

Anthony Dio Martin
 
Sumber: http://gozalionline.blogspot.com/2010/10/enjoy-moments.html

Mengejar Kebanggaan

|0 komentar
"Pride is personal commitment. It is an attitude which separates excellence from mediocrity. – Kebanggaan merupakan komitmen personal. Itu merupakan sikap yang memisahkan antara yang sempurna dan tidak."(Paul Bryan)

Mempunyai sesuatu yang dapat dibanggakan merupakan dambaan semua orang. Tak jarang mereka mengerahkan segala daya dan upaya demi mewujudkan sesuatu yang dapat dibanggakan. Sehingga terwujudlah banyak hal spektakuler di dunia dan membanggakan pemiliknya.

Contohnya Afrika Selatan tentu bangga telah berhasil menyelenggarakan pesta piala dunia beberapa waktu yang lalu. Dengan segala upaya pemerintah negara tersebut berusaha membangun sebuah stadion yang megah. Pemerintah juga membangun infrastuktur yang canggih dan modern untuk mendukung kelancaran perayaan piala dunia 2010.

Usaha Afrika Selatan mengejar kebanggaan sebagai negara penyelenggara juga telah menjadikan negri tersebut semakin dikenal di dunia. Terlebih acara tersebut juga membawa `soccernomic' atau efek ekonomi positif bagi restoran-restoran atau para pedagang di sekitar stadion. Para pedagang dikabarkan mendapatkan omset berkali lipat.

Namun disisi lain, sebagian besar rakyat di negri tersebut merasa dirugikan. Para pemilik lahan pertanian yang digusur hidup menderita, karena pemerintah tidak memberikan ganti rugi sedikitpun sebagai kompensasi atas lahan mereka. Sementara pemerintah menghabiskan biaya cukup besar untuk membangun sarana maupun proses penyelenggaraan pesta bola dunia yang begitu mewah, sebagian besar rakyat disana hidup sangat miskin.

"Sebenarnya kami sangat malu dan hidup tertekan dengan kemelaratan kami," cetus salah seorang pemuda yang tinggal di salah satu kampung kumuh di Afrika Selatan kepada salah seorang pewarta yang ikut meliput ajang perayaan spektakuler tersebut.

Tak hanya Afrika Selatan, masih banyak negara atau mungkin perorangan yang mengejar kebanggaan dengan segala daya dan upaya, tetapi lupa untuk menghitung seberapa besar manfaat dari kebanggaan yang diperoleh. Contohnya Malaysia membangun ikon kemegahan seperti Twin Tower atau Taiwan dengan Taipei 101. Contoh lain adalah Dubai membangun Burj Dubai yang konon merupakan bangunan tertinggi dan termegah di dunia.

Seberapa besar manfaat yang diperoleh pemerintah dan rakyat dari produk-produk kebanggaan itu? Kabarnya, keuntungan yang diperoleh tidaklah signifikan. Artinya, apa yang sudah dikeluarkan tidak sebanding dengan manfaat positif yang dapat diraih.

Mengejar kebanggaan memang dapat mendatangkan kerugian jika tidak diperhitungkan dengan cermat atau hanya sekedar untuk unjuk gaya. Tetapi jika semangat mengejar kebanggaan ini didasari dengan perhitungan yang cermat pasti akan mendatangkan keuntungan. Sehingga, mengejar kebanggaan itu memiliki arti serta manfaat positif, dan beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.

Mengejar kebanggaan menjadikan kita memiliki kemauan keras dan ego. Hal itu menyalakan api motivasi dalam mengejar suatu target atau impian. Ini juga akan membuat kita berusaha mempertahankan harga diri dengan tetap berjuang dan sampai target tercapai, walaupun tak banyak dukungan dan situasi juga tidak menguntungkan.

Mengejar kebanggaan juga dapat membebaskan kita dari belenggu rasa tak percaya diri. Kita menjadi sadar memiliki potensi yang lebih besar dan lebih kuat daripada tantangan. Kemudian rasa percaya diri tersebut akan membantu kita melakukan tindakan-tindakan untuk mewujudkan hal-hal yang kita inginkan.

Memiliki kebanggaan itu berarti merasa puas terhadap diri sendiri dan prestasi Anda. Kepuasan terhadap diri sendiri akan memotivasi untuk terus berdaya kreasi dan melakukan pekerjaan sebaik mungkin. Dengan begitu, lambat laun Anda dapat membangun reputasi yang semakin positif dan mencapai hal-hal besar yang lebih membangggakan.

Mengejar kebanggaan berarti kita memiliki tujuan. Hal itu menjadikan tindakan-tindakan kita lebih terarah. Pada akhirnya mengejar kebanggaan itu akan memandu kita untuk menciptakan serangkaian keberhasilan.

Kita dapat dikatakan berhasil mencapai sesuatu yang membanggakan jika orang lain juga menaruh rasa hormat dan penghargaan. Orang lain akan memberikan 2 hal tersebut (rasa hormat dan penghargaan) jika kita mencapai kebanggaan itu dengan jujur. Sebab kebanggaan itu merupakan penghargaan dari orang lain atas potensi dan integritas yang kita miliki.

Apakah para koruptor yang memiliki harta ratusan milyar itu patut berbangga? Tentu saja tidak, karena apa yang mereka capai tidak dengan cara yang jujur. Itulah mengapa kita juga harus tetap waspada dalam mengejar kebanggaan untuk tetap mengedepankan integritas atau kejujuran.

Melihat sisi positif dari kebanggaan itu, tak ada salahnya jika kita mengejar kebanggaan. Lagipula masing-masing diantara kita juga memiliki potensi yang luar biasa untuk menciptakan sesuatu yang membanggakan. Jangan takut untuk mengejar kebanggaan, sebab kebanggaan itu sendiri juga mencerminkan gairah hidup penuh semangat.

* Andrew Ho adalah seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku bestseller.

Sumber: http://gozalionline.blogspot.com/
PopAds.net - The Best Popunder Adnetwork