Amazing, itulah bahasa yang tepat saat kita menikmati indahnya pesona desa yang jauh dari akses jalan raya, terpencil tetapi sangat kaya dan ramah akan keindahan alamnya. Jalannya yang berliku, naik turun, kiranya memang harus diperlukan jeritan batin histeris dengan helaan nafas dalam-dalam karena sisi jalan adalah tebing dan sisi yang lainnya adalah jurang yang terjal. Mobil roda empat harus berhati-hati saat melewati jalan kecil ini, kalau tidak mau tergelincir ke dasar jurang. Namun hal itu tidak menyurutkan niat dan tekad kami untuk menikmati indahnya panorama yang tidak dimiliki oleh daerah-daerah lain.
“Tempur”, yah itulah nama desa yang masuk dalam wilayah pemerintahan Kecamatan Keling tersebut. Suatu nama yang unik, cocok dengan wilayah geagrafisnya, terletak diantara celah bukit yang tinggi menjulang. Sebelah baratnya adalah Kecamatan Pakis Aji dan sebelah utaranya adalah Kecamatan Keling, yang keduanya berada di wilayah kabupaten Jepara. Sebelah timurnya adalah Kabupaten Pati, dan sebelah selatannya adalah Kabupaten Kudus. Secara infrastruktur memang sebagian besar masih tradisional, seperti pedesaan pada umumnya. Tetapi akses keluar masuk masih perlu perhatian dari pemerintah Kabupaten Jepara.
“Tempur” merupakan desa yang sangat menyenangkan, enak dipandang mata, sejuk dan dapat menetralisir pikiran yang sedang keruh, serta dapat memberikan sensasi dan relaksasi bagi yang menikmatinya. Sangat cocok jika dalam rencana petinggi desa, “Tempur” dijadikan sebagai desa wisata, karena memang keindahan panorama alamnya yang masih perawan belum tersentuh tangan-tangan kotor para proyektor. “Tempur” juga sangat cocok dijadikan tempat penelitian dan pengembangan berbagai tanaman, karena kesuburan tanahnya belum tercemar limbah-limbah kimia, karena memang belum ada pabrik yang dibangun disana.
“Desa yang dihuni sekitar 3928 penduduk ini terdiri dari 25 rukun tetangga (RT) yang mayoritas penghasilannya adalah bercocok tanam, seperti menanam jagung, padi, kopi dan lain-lain. Suatu prestasi yang membanggakan bagi Jepara, produsen kopi terbanyak dengan mutu terbaik adalah Tempur”, tutur Suyoto, petinggi Desa Tempur.
“Ada juga wisata yang tidak kalah menarik, yakni Candi Angin yang letaknya di puncak Gunung Saptorenggo, Punden di puncak Gunung Duplak, Air Terjun dan sebagainya”. Imbuhnya.
Akses jalan maupun komunikasi Desa Tempur dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Secara kronologi, pada tahun 2006 Desa Tempur dilanda banjir bandang yang meluluh-lantakkan seluruh bangunan. Saluran listrik putus, sulitnya air bersih, bahan makanan dan sumbangan dari pemerintah juga terkendala akses jalan. Beranjak ke tahun 2007, perbaikan dan pembangunan diberbagai sektor semakin dikembangkan sampai sekarang.
Sebelum terjadi banjir bandang, tepatnya tahun 2004 belum ada saluran listrik. Masyarakat setempat menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), ada yang menggunakan kincir angin dan diesel. Baru beberapa tahun belakangan ini, pemerintah mulai sadar akan potensi yang dimiliki Desa Tempur. Dimulai dengan pengembangan sector ekonomi, sesuai dengan potensi sumber daya alamnya.
Berbagai dinas seperti kehutanan dan pariwisata juga berbondong memperhatikan potensi alam Desa Tempur yang tidak dimiliki desa lain, dengan harapan desa inilah yang nanti akan dijadikan desa wisata, tempatnya memanjakan panca indera bagi wisatawan domestik maupun asing. Harapan penduduk Desa Tempur, baik pemerintah, masyarakat setempat maupun pengunjung bersama-sama menjaga kelestarian agar tetap terjaga dan asri.[]
MAYALATUL LATHIFAH adalah Sekretaris Redaksi LPM Bursa Periode 2011-2012
Mahasiswa Fakultas Syari’ah Semester V
Mahasiswa Fakultas Syari’ah Semester V
0 komentar:
Posting Komentar